
Kabar Pessel – Nagari Lunang memiliki tokoh tradisional yang mereka akui sebagai pewaris dari Bundo Kanduang, seorang raja perempuan yang konon melarikan diri dari kerajaan Pagaruyuang hingga ke nagari Lunang.
Tokoh tradisional ini adalah seorang perempuan yang digelari dengan nama Mandeh Rubiah. Saat ini yang menjadi pewaris adalah Mandeh Rubiah generasi ke VII yang mempunyai nama asli Rakinah.
Ia dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1965. Rakinah mengemban nama Mandeh Rubiah sejak ia berusia 5 tahun menggantikan kakeknya Labai Malin Daulat.
Sebagai tokoh tradisional, Mandeh Rubiah sangat dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat setempat. Kepatuhan masyarakat ini terutama disebabkan oleh masyarakat sendiri yang menempatkan Mandeh Rubiah sebagai tokoh keramat, sehingga pelanggaran terhadap amanat Mandeh Rubiah merupakan hal yang tabu.
Pada tahun 1969, setelah Labai Malin Daulat meninggal dunia, berbagai peristiwa unik terjadi sebelum Rakinah digelari Mandeh Rubiah, yakni dimulai dengan sebuah peristiwa pada waktu musyawarah besar di rumah gadang, datanglah Rakinah kecil dengan membawa kecambah kelapa dan kemudian mengatakan “ketika yang tua sudah meninggal, maka yang muda harus menggantikan tempatnya”.
Rakinah yang saat itu masih berumur 5 tahun mampu memberikan tanda-tanda hadirnya sosok pengganti Labai, karena lebih dari empat tahun tidak ada tanda-tanda pengganti sosok Bundo Kanduang.
Oleh karena itu, bagi masyarakat perkataan dan kecambah kelapa tersebut menjadi tanda bahwa Rakinah kecil merupakan perlambangan dari filosofi kehidupan masyarakat Minangkabau yang selaras dengan alam.
Selain hal itu, hal-hal gaib sering membayang-bayangi Rakinah, dimana ia bisa mengetahui tanaman-tanaman apa saja yang bisa dijadikan sebagai obat, serta ia bisa mengetahui ketika ada orang di rumah gadang yang membutuhkan pertolongannya meskipun ia sedang tidak berada di rumah gadang.
Halimah yang merupakan ibu kandung dari Rakinah menceritakan, sejak masih dalam kandungan Rakinah sudah menunjukkan tanda-tanda yang istimewa. Halimah merasakan betapa nikmatnya mengandung dan membesarkan Rakinah. Dari kecilpun Rakinah memang memiliki perbedaan dengan saudara-saudaranya yang lain, yakni ia telah bersahabat dengan hewan dan makhluk halus serta memiliki kekuatan magis.
Seringkali ia mengobati orang yang sedang sakit dengan mencari obat sendiri serta meraciknya juga sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Semua itu dilakukan dimulai ia masih kecil berdasarkan petunjuk hatinya.
Berdasarkan tanda-tanda yang telah ada, yang terjadi dengan sendirinya tidak bisa dikehendaki dan terjadi secara gaib tanpa bisa dipikirkan dengan pemikiran yang rasional. Menurut cerita dan kepercayaan masyarakat Lunang, bahwa didalam diri Rakinah terdapat roh dari Bundo Kanduang, yang memang memberikan petunjuk bahwa Rakinah lah yang pantas menjadi pengganti dirinya.
Maka pada tahun berikutnya yang bertepatan dengan tahun 1970, Rakinah kecil dibai’at sebagai Mandeh Rubiah. Rakinah memiliki hak untuk menempati rumah gadang yang memang diperuntukkan bagi siapa saja yang mewarisi tahta Bundo Kanduang tersebut.
Semenjak Rakinah dinobatkan sebagai Mandeh Rubiah hingga sekarang ini, Rakinah sering disibukkan dengan kegiatan-kegiatan upacara adat yang menempatkan dirinya sebagai tokoh sentral dalam acara tersebut.
Rakinah dipercayai sebagai tokoh tradisional nan kharismatik yang tidak hanya berperan sebagai pemberi nasehat dan tempat bertanya, tetapi Rakinah juga sering memberikan pengobatan bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongannya.
Selayaknya seperti perempuan pada umumnya, Rakinah juga tidak terlepas dari aktifitas harian sebagai kodrat perempuan yang bekerja menjadi ibu rumah tangga seperti biasanya, mulai dari memasak, mencuci hingga bekerja membantu suaminya di ladang.
Rakinah memiliki 7 orang buah hati yang ia lahirkan dari suami keduanya bernama Suhardi, sebelumnya Rakinah juga sempat menikah dengan seorang pemuda pilihan orang tuanya, namun karena merasa tidak cocok, maka pernikahannya dengan suami yang pertama tidak bertahan lama.
Disamping mengurus kehidupan keluarganya sebagai ibu rumah tangga, ia tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai orang yang telah diberi gelar dan tahta, maka pada hari-hari tertentu ia menetapkan hari tersebut untuk menerima tamu yang datang ke rumah gadang, baik yang datang hanya untuk sekedar melihat-lihat, meminta doa restu bagi mempelai yang ingin melangsungkan pernikahan serta melepas niat untuk membayar nazar.
Bundo Kanduang yang kemudian berganti nama menjadi Mandeh Rubiah, yang keberadaannya sebagai penerus kebesaran Bundo Kanduang diakui di tengah-tengah masyarakat tidak hanya di Nagari Lunang, akan tetapi sampai ke daerah-daerah yang pernah dipengaruhi oleh kekuasaan Minangkabau seperti Indrapura, Muko-Muko (Bengkulu), Jambi, dan Palembang.
Sekalipun Rakinah dikenal dengan Mandeh Rubiah, realitas kehidupannya sehari-hari tidak sama sekali menampakkan keturunan berdarah biru dan bangsawan. Rakinah lebih terlihat seperti ibu rumah tangga dengan aktifitas biasa selayaknya ibu rumah tangga pada umumnya.
Secara lahiriah dan masih belum menginjak usia dewasa, Rakinah selalu mencerminkan sifat rendah hati dan apa-adanya. Sifat rendah hati inilah salah satu penyebab sehingga Rakinah dinobatkan sebagai Mandeh Rubiah generasi ke VII. Hingga saat ini Rakinah dikenal Mandeh Rubiah dan Bundo kanduang yang menjadi panutan bagi sebagian besar masyarakat Minang khususnya di nagari Lunang. Mandeh Rubiah dijadikan sebagai teladan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. (Berbagai Sumber)