Sungai Gayo Lumpo Lestarikan Tradisi Malamang

Nagari Sungai Gayo Lumpo lestarikan tradisi Malamang (Foto: Rika)

Kabarpessel.com – Malamang adalah sebuah tradisi yang menjadi sarana berkumpul dan mempererat silaturahmi antar Masyarakat yang kini menjadi terancam kepunahan.

Untuk melestarikan budaya ini, masyarakat Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, mengadakan Prosesi Malamang sebagai bagian dari tradisi memasuki Bulan Suci Ramadhan.

Acara ini juga dirangkaikan dengan Penutupan Sekolah Lapangan (SL) yang diselenggarakan secara kolaboratif bersama Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sumatera Barat.

Kegiatan Penutupan Prosesi Malamang dan Sekolah Lapangan BI Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan pada Kamis, 27 Februari 2025, di Kampung Koto Nagari, Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan.

Acara ini dilaksanakan secara inklusif, berkolaborasi dengan kegiatan Petani Unggulan Nagari (PUNAGRI), dengan tema Pelatihan Pertanian Organik dan Digital Farming guna meningkatkan produktivitas pertanian serta ketahanan pangan. Pelatihan ini berlangsung dari tanggal 24 hingga 27 Februari 2025.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat, Muhamad Abdul Madjid, berharap kolaborasi ini dapat berlanjut.

Ia menambahkan bahwa BI akan terus memberikan dukungan pada program-program yang berpotensi memberikan manfaat, khususnya di sektor pertanian dan pariwisata.

“Sekolah Lapangan (SL) diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi sektor pertanian dan pariwisata di sini. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk berkiprah di Pesisir Selatan,” ujar Madjid.

Sekretaris Daerah Pessel, Mawardi Roska, mewakili Bupati menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Bank Indonesia yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan ini.

Kabarpessel.com – Malamang adalah sebuah tradisi yang menjadi sarana berkumpul dan mempererat silaturahmi antar Masyarakat yang kini menjadi terancam kepunahan.

Untuk melestarikan budaya ini, masyarakat Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, mengadakan Prosesi Malamang sebagai bagian dari tradisi memasuki Bulan Suci Ramadhan.

Baca Juga :  Tari Anak Balam Warisan Tak Benda di Pesisir Selatan

Acara ini juga dirangkaikan dengan Penutupan Sekolah Lapangan (SL) yang diselenggarakan secara kolaboratif bersama Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sumatera Barat.

Kegiatan Penutupan Prosesi Malamang dan Sekolah Lapangan BI Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan pada Kamis, 27 Februari 2025, di Kampung Koto Nagari, Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan.

Acara ini dilaksanakan secara inklusif, berkolaborasi dengan kegiatan Petani Unggulan Nagari (PUNAGRI), dengan tema Pelatihan Pertanian Organik dan Digital Farming guna meningkatkan produktivitas pertanian serta ketahanan pangan. Pelatihan ini berlangsung dari tanggal 24 hingga 27 Februari 2025.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat, Muhamad Abdul Madjid, berharap kolaborasi ini dapat berlanjut.

Ia menambahkan bahwa BI akan terus memberikan dukungan pada program-program yang berpotensi memberikan manfaat, khususnya di sektor pertanian dan pariwisata.

“Sekolah Lapangan (SL) diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi sektor pertanian dan pariwisata di sini. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk berkiprah di Pesisir Selatan,” ujar Madjid.

Sekretaris Daerah Pessel, Mawardi Roska, mewakili Bupati menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Bank Indonesia yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan ini.

Kehadiran BI sebagai pendukung sistem diharapkan dapat membantu mengembangkan program-program potensial lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan.

Mawardi juga menjelaskan, bahwa dalam upaya meningkatkan hasil produksi padi dan kesejahteraan petani, pemerintah daerah terus berinovasi, salah satunya dengan metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT), yang terbukti memberikan hasil yang memuaskan.

Baca Juga :  Dalam Sepekan, Retribusi Parkir Carocok Painan Hanya Rp 15,67 Juta, Berikut Penjelasan Kadishub

“Bersawah dengan cara yang murah, hemat air, dan ramah lingkungan, akan membawa petani kepada kesejahteraan,” jelasnya.

Menurutnya, harga beras premium saat ini mencapai Rp25.000 per kilogram. Dengan menggunakan metode organik atau MTOT dengan bibit lokal seperti “Bujang Marantau”, petani dapat menghasilkan beras berkualitas premium.

Di Nagari Sungai Gayo Lumpo, luas lahan sawah produktif mencapai 200 hektar. Jika seluruh petani di daerah ini mengadopsi metode MTOT, kualitas padi yang dihasilkan akan sangat baik, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Untuk mendukung kualitas beras premium, Mawardi menyarankan adanya peningkatan fasilitas penggilingan (huller) yang lebih baik. Saat ini, kualitas penggilingan masih rendah, yang berdampak pada rendahnya rendemen beras.

“Huller di sini sudah tidak mampu, sehingga berdampak pada kualitas beras pasca-panennya. Oleh karena itu, kami perlu melakukan upgrade terhadap husker,” jelasnya.

Rendemen giling, menurutnya, adalah persentase berat beras yang dihasilkan dari penggilingan gabah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti varietas padi, mutu gabah, penanganan pasca panen, dan teknologi penggilingan.

Dengan dukungan dan kerjasama yang berkelanjutan, diharapkan kualitas pertanian dan kesejahteraan petani di Pesisir Selatan dapat semakin meningkat. (*)

Kehadiran BI sebagai pendukung sistem diharapkan dapat membantu mengembangkan program-program potensial lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan.

Mawardi juga menjelaskan, bahwa dalam upaya meningkatkan hasil produksi padi dan kesejahteraan petani, pemerintah daerah terus berinovasi, salah satunya dengan metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT), yang terbukti memberikan hasil yang memuaskan.

“Bersawah dengan cara yang murah, hemat air, dan ramah lingkungan, akan membawa petani kepada kesejahteraan,” jelasnya.

Menurutnya, harga beras premium saat ini mencapai Rp25.000 per kilogram. Dengan menggunakan metode organik atau MTOT dengan bibit lokal seperti “Bujang Marantau”, petani dapat menghasilkan beras berkualitas premium.

Baca Juga :  Menyambut Bulan Suci Ramadhan Babinsa Lakukan Goro Bersama Warga

Di Nagari Sungai Gayo Lumpo, luas lahan sawah produktif mencapai 200 hektar. Jika seluruh petani di daerah ini mengadopsi metode MTOT, kualitas padi yang dihasilkan akan sangat baik, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Untuk mendukung kualitas beras premium, Mawardi menyarankan adanya peningkatan fasilitas penggilingan (huller) yang lebih baik. Saat ini, kualitas penggilingan masih rendah, yang berdampak pada rendahnya rendemen beras.

“Huller di sini sudah tidak mampu, sehingga berdampak pada kualitas beras pasca-panennya. Oleh karena itu, kami perlu melakukan upgrade terhadap husker,” jelasnya.

Rendemen giling, menurutnya, adalah persentase berat beras yang dihasilkan dari penggilingan gabah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti varietas padi, mutu gabah, penanganan pasca panen, dan teknologi penggilingan.

Dengan dukungan dan kerjasama yang berkelanjutan, diharapkan kualitas pertanian dan kesejahteraan petani di Pesisir Selatan dapat semakin meningkat. (*)

Tinggalkan Balasan