
Kabarpessel.com – Tari Anak Balam adalah Pengobatan tradisional sudah lama dikenal oleh masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan jika ada keluarganya yang sakit. Pengobatan tradisional ini diduga sudah ada sejak era sebelum ajaran Islam masuk wilayah Pesisir Selatan.
Salah satu pengobatan tradisional Anak Balam ini di tetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional pada tahun 2019, yang kondisinya saat ini terancam punah.
Dikutip dari Pusat data dan teknologi informasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Pengobatan tradisional Anak Balam ini Uniknya untuk proses penyembuhan pasien dilakukan dengan bantuan arwah yang dipanggil menggunakan mantra yang dikenal dengan mantra anak balam. Lalu diikuti dengan tarian yang dikenal dengan tari Anak Balam.
Prosesi pengobatan dipimpin oleh seorang dukun atau kulipah (kalifah) dibantu beberapa orang yang disebut dengan anak limau. Perlengkapan yang perlukan seperti beberapa jenis kembang, limau (jeruk), beras, telor, kelapa dan, kemenyan.
Perlengkapan tersebut selain menjadi obat bagi pasien, juga merupakan jamuan/makan untuk anak limau. Biasanya pelaku ritual adalah kaum perempuan yang berjumlah genap, 4 atau 6 orang.
Prosesi pengobatan dimulai dengan menata perlengkapan ritual, lalu membakar kemenyan. Para anak limau kemudian tidur berselimut kain panjang. Anak limau bangun, kulipah membacakan mantra menyanyikan syair anak balam, diiringi dengan tepukan tangan yang berpola sehingga menciptakan nada dan ritme. Mantra (nyanyian anak balam) memiliki pola ritme yang berfungsi sebagai sarana untuk mengundang roh/arwah.

Mantra awal oleh kulipah berisi panggilan kepada roh yang berada dalam status “peliharaan/suruhannya”. Status tersebut tersirat dari kata “wa-ang” dan “buyuang” yang terdapat dalam mantra/syair anak balam. Dalam bahasa Minang, dua kata tersebut lazimnya dipakai oleh orang yang lebih besar kepada yang kecil – dari yang menguasai kepada yang dikuasai.
Setelah roh datang dan masuk ke tubuh dukun atau anak limau, maka syair akan berubah, dan para anak limau dalam kondisi trans/kesurupan akan ikut menyanyikan syair dengan menggunakan kata “bundo” saat berkomunikasi dengan kulipah. Dalam komunikasi tersebut akan diketahui penyakit yang diderita oleh pasien, serta obat yang harus diberikan kepada pasien. Artinya, kedatangan roh bertugas untuk mendiagnosa penyakit dan memberikan(resep) obat, atau juga mengobati secara langsung.

Syair yang dikemas dalam bentuk lagu atau mantra
Judul: Saudara
Yo oo ala koma saudaro ei yo illalai yo sudaro ei……
Ampun lah kami koma sudaro ndeh ampun dibawa ndeh tapak lundi
Yo oo ala lai sudaro ei kalau iyo kito ka babancang
Lai ka alam leba koma sudaro ie ndeh talatak
Yo oo ala lai sudaro ei ndeh kalau itu bancangan sudaro koma
Sudaro ie ndak kito siangkan banakan bana nan bak hari
Kito tarangkan bana tuma nan bak bulan
Dek kito lalamo indak turun lai ka alam leba koma sudaro ei
Ilala rasuli illala lo koma sudaro ei barilah luruih
Apo bana lai syarat-syaratnyo koma sudaro
Buliah la nak sanang di dalam hati dek kito bancang lai
Ka alam leba koma sudaro ei lai lala rusuli ilala….
Judul: Bundo
Bundo oi rang kasa, kami kalau ado kami salam dari nan tinggi saraib
Kami kamari nak randah dinan patah juo paga diri guno yo Bundoko
Dari jauah kami diagiah upek yo Bundo kanduang ei….
Kami lah diagiah ulah yo Bundo kanduang ei……….
Bundo kanduang ei bari ampun kami yo Bundo kanduang ei…
Lah diagiah upek u-lah jo Bundo kanduang ei yo alah nyolai
Ei.. Bundo kanduang ei….Bundo kanduang ei…..
Manga kuaik bana saruan ko ei Bundo kanduang ei….
Kami lah nyolai kini oi Bundo kanduang ei…..
Yo antah konyo komah Bundo kanduang ei, ei Bundo kanduang ei….
Yo sasak bangih lah indak manenggang ei Bundo kanduang ei…..
Bundo kanduang ei… mangnga rang kasa iko ei Bundo kanduang ei…..
Lah panggilan awak yo Bundo kanduang ei…..
Alah nyolai yo Bundo kanduang ei……..